-->
24 C
id

Konten TikTok Ekstrem di Trotoar Aceh Tenggara Bikin Resah, GMNI Minta Polisi Turun Tangan

 

Polres Aceh tenggara
Kantor Polres Aceh Tenggara/

TACAKAP| ACEH TENGGARA – Fenomena konten TikTok ekstrem yang dilakukan anak-anak di jalanan utama Aceh Tenggara kini mulai menuai keresahan warga.

Aktivitas ini bukan cuma meresahkan, tapi juga berbahaya, karena para pelaku—kebanyakan anak di bawah umur—nekat turun ke badan jalan nasional hanya demi konten viral.

Kabid Kaderisasi GMNI Aceh Tenggara, Adrian Pelis, angkat suara soal maraknya tren ini.

Ia meminta Polres Aceh Tenggara segera melakukan patroli rutin, terutama di titik-titik rawan seperti trotoar sepanjang jalur nasional Aceh Tenggara–Sumatera Utara.

“Banyak anak-anak minta pengendara menyalakan klakson atau lampu, bahkan ada yang nekat melompat ke jalan. Ini jelas sangat membahayakan,” tegas Adrian, Senin (5/5/2025).

Fenomena Viral yang Bisa Berujung Petaka

Menurut Adrian, kejadian serupa di daerah lain sudah menelan korban jiwa.

Ia khawatir situasi yang sama bisa terjadi di Aceh Tenggara jika tidak segera ditertibkan.

Tak sedikit warga yang merasa waswas setiap melihat aksi ekstrem anak-anak yang membuat konten di trotoar, apalagi saat sore menjelang malam—waktu paling ramai aktivitas tersebut dilakukan.

“Kalau sampai ada aksi dorong-mendorong di tengah jalan, potensi kecelakaan makin tinggi,” tambahnya.

Orang Tua Diminta Waspada, Polisi Diharapkan Bertindak

Adrian juga mengimbau para orang tua agar lebih aktif mengawasi aktivitas anak mereka, terutama yang sudah memiliki akses ke media sosial.

Jangan sampai ambisi mengejar konten viral justru berujung celaka.

Sementara itu, seorang warga Babussalam bernama Mufti Apriadi turut menyuarakan kekhawatirannya.

Ia menilai tren ini bukan hanya berisiko, tapi bisa membawa dampak jangka panjang bagi keselamatan generasi muda.

“Kami berharap polisi segera bertindak tegas sebelum ada korban,” ujar Mufti.

Polisi Didorong Intensifkan Patroli

Menyikapi kondisi ini, Adrian berharap Kapolres Aceh Tenggara bisa menurunkan personel untuk patroli rutin, terutama dari sore hingga dini hari.

Kehadiran aparat di lapangan dinilai penting agar bisa mencegah aksi berbahaya ini sejak dini.


Konten media sosial memang bisa jadi hiburan, tapi keselamatan harus tetap nomor satu.

Diperlukan peran bersama—orang tua, masyarakat, dan pihak berwenang—agar tren yang membahayakan seperti ini tidak terus berkembang dan memakan korban.***

Artikel Terkait

- Advertisment -